EDUPUBLIK, Bandung – “Gubernur Jabar, Ridwan Kamil jangan lebay ah. Coba itu prinsip netralitas pejabat negara, selama ini mau dikemanakan?” kalimat ini terucap spontan dari para relawan Prabowo – Sandi. Peristiwanya terjadi pada Kamis siang, 28 Februari 2919 di Roempi Café Jl. Anggrek No.27 Kota Bandung. Hari itu Radhar Tribaskoro selaku Tim Juru Bicara Nasional Prabowo – Sandi untuk Jawa Barat, ditemani para aktivis Syafril Sjofyan, Ida Nuraida, dan Harlan M Fachra, menggelar Obrolan Politik Bersama Media. Asal tahu saja thema diskusi hari itu menyasar pada topik yang kini semakin menghangat menjelang pencoblsan pada 17 April 2019 – ‘Pencederaan Azas Jujur dan Adil Dalam Pilpres 2019”.
Dalam diskusi yang berlangsung cukup seru ini, Radhar mengupas cukup tuntas, fenomena gunjang-ganjing masih lekatnya pihak petahana memanfaatkan aneka kekuasan yang disandangnya. “Ibarat sebuah gunung besar, kami amat terhalang untuk mengemukakan aneka gagasan ke masyarakat. Sementara kekuatan kami, hanya berdasar keridhoan dan kerelaan para relawan, terutama emak-emak,” ujarnya yang disambut riuh relawan yang mayoritas emak-emak – “Ya, inilah the power of emak-emak, dahsyat kekuatannya.”
Masih dalam diskusi ini, hal yang disasar lainya, meliputi: keberpihakan berupa disintegritas lembaga survey, netralitas pejabat negara di berbagai lini, termasuk betapa potensi dari suara nelayan pantura (Cirebon, Indramayu, dan Subang):
“ Perkiraan kami, akan ada tambahan 500 ribu pemilih untuk Pak Prabowo – Sandi, sehingga di daerah ini kami akan unggul 55% vs 45%,” tutup Radhar dengan nada optimis. [HS/SA]