hari ini :

Home » Politics » Dadang-Sahrul Unggul di Pilbup Bandung Berdasar Survei LSI Denny JA

Dadang-Sahrul Unggul di Pilbup Bandung Berdasar Survei LSI Denny JA

 

EDUPUBLIK, Bandung – Hasil rilis survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Bandung 9 Desember 2020, di Kota Bandung, Minggu (15/11/20).

Pelaksanaan survei yang dilakukan sejak 2-6 November 2020. Hasilnya, pasangan Bupati/Wakil Bupati Bandung nomor urut 3 Dadang Supriatna (DS) – Sahrul Gunawan dinilai sangat potensial memenangkan Pilbup Bandung 2020.

“Pasangan Cabup/cawabup nomor urut 3 ini telah mengantongi modal elektabilitas cukup tinggi hingga sebesar 45.9 persen dalam melawan kompetitor utamanya, pasangan Kurnia Agustina-Usma Sayogi yang mengantongi 28,9 persen. Sementara, paslon Yena Iskandar – Atep Rizal hanya 13,4% saja,” kata Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network Denny JA, Toto Izul Fatah saat konferensi pers di Kota Bandung, Minggu (15/11/20).

Dalam hal ini Toto menjelaskan analisis hasil survey LSI terkait dengan kecendrungan pemilih pada Pilkada Kabupaten Bandung, dengan menggunakan metode standar; multistage random sampling, wawancara tatap muka dan jumlah responden 440, dengan margin of error 4,8 persen.

Potensi kemenangan Paslon Bedas (Bersama Dadang-Sahrul) yang disusung PKB, Nasdem, Demokrat, PKS dan sejumlah parpol non kursi ini terpotret dari beberapa variable penting dalam survei. Misalnya, dukungan unggul yang relatif merata di hampir semua segmen demografis seperti gender, usia, suku, agama, ormas, tingkat pendidikan, penghasilan, profesi, bahkan pemilih parpol.

Keunggulan pasangan DS-Sahrul ini, kata Toto, juga terpotret merata di hampir seluruh daerah pemilihan (dapil). Kecuali, dukungan cukup kompetitif dengan pasangan Kurnia-Usman yang diusung Partai Golkar di dapil 5 Kabupaten Bandung yaitu Kecamatan Majalaya, Paseh, Ibun dan Solokanjeruk.

“Faktor lain yang bisa mengantar Paslon Bedas terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bandung ini karena secara personal, DS sudah mengantongi pemilih yang berkategori strong supporter (pemilih militan yang tak akan berubah sampai hari H pemilihan), yaitu sekitar 24,5 persen. Disusul Kurnia Agustina 18,0 persen dan Yena Iskandar Masoem 5,0 persen,” jelas Toto.

Namun begitu, peluang menang buat yang lain, khususnya Kurnia-Usman tetap terbuka, mengingat masih ada pemilih soft supporter yang cukup besar, yaitu 52,2 persen. Pemilih yang seperti itu biasa disebut dengan lahan tak bertuan. Yaitu pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja.

“Tapi, dari pengalaman LSI melakukan survei selama ini, tidak mudah buat setiap pasangan bisa memperoleh dukungan suara dalam waktu yang kurang dari satu bulan ini. Apalagi untuk bisa merebut separuh dari 52,2 persen itu,” tukasnya.

Menurut Toto hanya tsunami politik dan money poltic yang bisa mengubah peta dukungan secara drastis. Bahkan, bisa membuat hasil survei meleset jauh.

Jika setiap pasangan mau bekerja keras, kata Totom sebenarnya masih ada peluang untuk merebut soft supporter yang masih tinggi itu. Yakni mendongkrak tingkat pengenalan masing-masing kandidat yang masih belum tembus 70 persen.

“Padahal, dari pengalaman selama ini, salah satu hukum besi untuk menang itu harus dikenal dengan minimal 70 persen. Idealnya, pada H-1 bulan itu, setiap kandidat harus mengantongi tingkat pengenalan di 80 persen ke atas,” sebutnya.

Memang, kata Toto, peluang menang lebih terbuka pada pasangan DS-Sahrul, karena baik calon bupati maupun wakilnya sudah memiliki, bukan saja tingkat kesukaan yang tinggi, juga elektabilitas yang tinggi juga. Misalnya, pada elektabilitas personal DS yang 40,0 persen, tapi begitu dipasangkan dengan Sahrul melesat ke 45,9%. Ada sumbangan cukup besar dari Sahrul.

Sebaliknya dengan Kurnia Agustina yang secara personal memiliki elektabilitas 27,5, tapi begitu dipasangkan dengan Usman Sayogi, hanya naik 1 persen saja, yaitu 28,9 persen. Sementara, pasangan yang lain, Yena-Atep, pengenalannya tak berbanding lurus dengan kesukaan. Misalnya, Atep cukup populer dengan 73 pesen, tapi sebagai wakil tak banyak menyumpang elektabilitas saat dipasangkan dengan Yena yang tingkat pengenalannya baru 49 persen.

“Mengenai peran partai dalam menyumbang elektabilitas pasangan, temuan survei mengungkapkan, tak berbading lurus juga antara dukungan partai dengan kemenangan. Ini juga yang terjadi dengan pasangan Kurnia-Usman yang diusung Partai Golkar sebagai pemenang Pileg 2019 lalu,” ungkapnya.

Dalam kontek prilaku pemilih di Kabupaten Bandung, mayoritas (80,0 persen) publik memilih lebih karena pertimbangkan personal atau sosok calonnya. “Hanya 16 persen saja yang memilih karena pertimbangan partai pengusung,” ujar Toto.

Begitu juga terjadi pada peran bupati incumbent yang istrinya maju sebagai bupati. Menurut survei LSI, Dadang Naser yang memiliki tingkat kepuasan terhadap kinerjanya yang cukup tinggi, diatas 70 persen, tapi ternyata tak mampu dikonversi dalam bentuk suara dukungan publik kepada istrinya, Kurnia Agustina yang berpasangan dengan Usman Sayogi.[***]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

shares