EDUPUBLIK – Eka Santosa, Ketua Umum Gerakan Hejo yang sehari-hari beraktivitas di Bandung dan Jawa Barat dalam ranah lingkungan, budaya, serta kebangsaan, pada Jumat 10 November 2107 hadir di puncak acara Dies Natalis ke-57 Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
“Ini kehormatan besar bagi saya dan rekan-rekan pengurus Gerakan Hejo, BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jabar, hadir di sini,” paparnya ketika dikontak melalui ponsel sesaat usai penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (D HC) kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, di Graha Sepuluh Nopember ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya.
Hal paling menarik menurut Eka untuk D HC yang kedua kalinya diterima Menteri Susi setelah dari Universitas Diponegoro (Semarang):”Kita diingatkan lagi bahwa laut kita selain harus dijaga, juga wajib dikembangkan bagi kemaslahatan bangsa. Illegal fishing bagus itu dienyahkan, lalu fokus ke penataan di dalam negeri, terutama nelayan kita. Salah satunya mengapresiasi kearifan lokal adat adat sasi di Maluku. Ini poin pentingnya.”
Masih menurut Eka yang seremoninya kali ini terbilang khidmad, terutama ketika Susi sempat menangis disela-sela penganugerahan ini. “Saya kagum sekaligus terharu ketika Ibu Susi menyebutkan ucapan terima kasih secara khusus kepada sesepuh kita Mang Ihin (Solihin GP).”
Menurut Eka pula hadir dalam penganugerahan ini “Sekitar seribu lebih undangan, termasuk comedian Cak Lontong pun bikin ger geran kala itu,” ucapnya sambil mempersilahkan untuk berbincang sejenak dengan rekannya Wahyu Muryadi, Mantan Protokol Gusdur, yang belakangan ditemani tokoh Jawa Pos Dahlan Iskan yang juga mantan Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara) era Presiden SBY..
Menurut Wahyu yang telah mengenal kiprah Menteri Susi cukup lama, dalam pidatonya kali ini banyak hal yang relevan untuk dikembangkan:“Baru pada era Presiden Jokowi ada menteri yang begitu peduli pada nasib kelautan kita. Beruntung pada era ini muncul fenomena kiprah menteri kelautan yang mendunia. Ini pencapaian gemilang bagi bangsa.”
Wahyu kala ditanya tentang persahabatan Eka – Susi yang sudah lama sejak era 1980-an:”Oh ya, mereka berdua ini bintangnya Jabar. Kata Ibu Susi pun, tentang Jabar biasanya melalui Kang Eka ini infonya dari detik per detik. Cocoklah untuk urusan lingkungan dan budaya di Jabar bagi keduanya.”
Seputar Kearifan Lokal …
Di luar dugaan saat secara bergantian redaksi melakukan sambungan telepon dengan Eka dan Wahyu seusai acara penganugerahan, di sela-sela itu mengajukan kesempatan untuk berbicara langsung dengan Susi. Di luar dugaan, sejumput kemudian, dipersilahkan.
Dalam perbincangan singkat ini kembali Susi menguraikan tentang meningkatnya stock ikan di laut kita. Menurutnya:”Sejumlah penghargaan dari tingkat nasional maupun internasional bukanlah untuk saya, melainkan untuk bangsa Indonesia. Saya hanya menjalankan amanat undang-undang,” begitu urainya dengan nada low profile.
Menyinggung tentang kearifan lokal di daerah Maluku yang biasa dinamakan adat sasi, yakni memetik hasil ikan secara komunal pada saat yang tepat demi menjaga kelangsungan stock pangan:”Nah, seperti adat sasi ini saya kira perlu kita terapkan di daerah lain di Indonesia.”
Hal lain dalam perbincangan singkat ini, Susi mengapresiasi hasil penelitian oleh jajarannya (KKP), Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, Institut Pertanian Bogor, University of Hawaii, dan University of California Santa Barbara (UCSB) pada tahun 2016:”Kebijakan pemberantasan IUU fishing pada pemerintahan Presiden Joko Widodo, ternyata secara significant telah menurunkan eksploitasi di laut setidaknya sebesar 30-35%.,” tutupnya sambil tak lupa mewanti-wanti dengan gaya kelakarnya yang khas – “Makanya, mumpung ikan lagi banyak nih. Di rumah,apa setiap hari ada hidangan ikan? Banyak makan ikan dong, terutama tuh Si Kecil…di rumah?! [red].