EDUPUBLIK, Bandung – Berlokasi di Prime Park Hotel Jl. P.H.H Mustofa Kota Bandung, SMKN 5 Bandung menggelar workshop ‘Pendidikan Inklusi’. Program yang diikuti puluhan guru ini, berlangsung dua hari (12 -13/1/2018).”Sejak tahun ajaran 2017 kami punya tiga siswa kategori ABK (anak berkebutuhan khusus). Tips dan trik menjadi guru bagi siswa ABK itu perlu diperdalam. Ternyata, melalui workshop ini, amatlah mudah dan menyenangkan,” papar Dra. Rini Ambarwati, M.Ds, Kepala sekolah SMKN 5 Bandung.
SMKN 5 Bandung saat ini memiliki 120 guru dan 25 tenaga tata usaha. Ada tiga dari 1.747 siswa, masuk kategori ABK. “Melalui workshop ini saya seperti punya ilmu baru, dan ingin segera mempraktikkannya,” kata Siti Rochanah guru kelas X, yang sehari-hari mengajar matematika – “Terpenting, pencapaian prestasi setiap anak itu unik dan proporsional. Artinya, sesuai bakat, minat, serta kapasitasnya, dan harus happy (bergembira).”
Menurut pemateri workshop ini Dr. Hidayat, DPL S. Ed. M. SI., inti bersekolah itu harus mengakomodir tingkat keunikan dan kemampuan siswa. “Anak berkebutuhan khusus harus diberi perhatian spesial. Artinya, pembelajarannya harus proporsional, dan menyenangkan.”
Dalam uraian lanjutannya, Hidayat mencontohkan di dalam kelas, dipastikan terdiri dari siswa yang punya kemampuan berbeda.”Terapkanlah kesabaran, bila menemui kasus beda daya serap anak. Nah, trik dan tips itu di workshop ini dibahas secara mendalam,” imbuhnya dengan melanjut:”Konsep dasar kita itueducation for all. Nah, terapkanlah secara konsisiten sesuai fitrah siswa.”
Pada pihak lain motivator Asep Mulyana sangat optimis, dampak workshop ini akan member efek positip pada semua insan di sekolah:”Di sini kepala sekolah dan guru walaupun pendidikan inklusi telah dideklarasikan sejak tahun 2004, masih ada yang belum paham inti sarinya. Berkat workhop ini, kini makin paham. Mereka siap menerapkan tips dan trik itu di lapangan,” urainya sambil menambahkan Bhineka Tunggal Ika itu pengertiannya bukan hanya perbedaan etnis semata. Justru, sifat dan misi pendidikan inklusi di sekolah adalah Bhineka Tunggal. Ini pun sejalan dengan prinsipeducation for all.” [HS]