hari ini :

Home » Politics » Indo Barometer: Rindu & 2DM Masih di Atas …

Indo Barometer: Rindu & 2DM Masih di Atas …

Photo credit: Indo Barometer / dok. Harri

EDUPUBLIK, Bandung  – Dinamika mesin partai yang melibatkan relawan maupun simpatisan dari 4 pasangan calon gubernur dan wakil gubenur Jawa Barat 2108,  rupanya kembali ditantang oleh sebuah survey. Ini bisa kita pantau dari gelaran dinamika survey Jawa Barat olahan Indo Barometer di Hotel Bidakara Grand Savoy Homann Jl. Asia Afrika (13/2/2018).

“Jelang pencoblosan 27 Juni 2018, masih banyak waktu sekitar 4 bulan. Pada kurun ini, memungkinkan banyak perubahan,” papar Asep Saepudin, Peneliti Indo Barometer. Selanjutnya Asep menjelaskan rincian hasil penelitiannya di Provinsi Jawa Barat sejak 20 – 23 Januari 2018. Garapannya, melibatkan 800 responden dengan margin of error kurang lebih 3,46%, plus tingkat kepercayaan 95%.

”Metodologinya multistage random sample. Pengumpulan datanya, melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner.”

Ditilik dari tingkat pengenalan calon tertinggi, kali ini untuk calon gubernur Jawa Barat diduduki Deddy Mizwar (97,1%), disusul Ridwan Kamil (88,8%). Sementara untuk calon wakil gubernur JawaBarat Dedi Mulyadi (67%), dan paling bontot Uu Ruzhanul Ulum (43,9%).

Nah, bila ditilik dari pengenalan calon terendah, kali ini diduduki TB. Hasanuddin (10,6%), Sudrajat (11,1%), Anton Chrliyan (15,5%), dan Ahmad Syaikhu (18,6%). “Perspsi responden relatif rendah untuk Sudrajat dan TB Hasanuddin, ini terjadi karena keduanya baru menjadi calon.”

Suka & Alasannya …

Mengupas soal tingkat kesukaan, kali ini calon tertinggi digapai M Ridwan Kamil (89,3), disusul Deddy Mizwar (79,9%), Dedy Mulyadi (79,9%), lalu Uu Ruzhanul Ulum (70,7%). Sementara untuk tingkat kesukaan calon terendah diduduki oleh Anton Charliyan (29,8%), disusul TB. Hasanuddin (36,5%), lalu Sudrajat (37,1%), dan Ahmad Syaikhu (45%).

Yang menarik lainnya, ada telisik alasan publik suka terhadap para calon. Paparannya, publik suka pada M Ridwan Kamil (89,3%), karena pintar/cerdas (16,4%), tegas (13,1%), merakyat (9%). Sedangkan yang tidak suka (1,5%), dengan alasan sombong (27,2%), pembangunan tidak merata (18,2%), kurang tegas (9,1%).

Publik yang suka pada Deddy Mizwar (79,9%), alasannya karena artis (29,3%), berwibawa (10,3%), dan ramah (8,4%). Sedangkan yang tidak suka (6%), alsannya karena kinerjanya kurang bagus (38,3%), kurang tegas (12,8%), dan kurang berpengalaman (8,5%).

Lainnya publik yang suka pada Dedi Mulyadi (79,9%), alasannya karena merakyat (18,3%), Bupati Purwakarta (17,9%), serta pintar/cerdas (6,5%). Sedangkan yang tidak suka (3,5%), alasannya karena kurang berwibawa (15,7%), ambisius (15,7%), dan kurang tegas (10,5%).

Publik yang suka pada Uu Ruzhanul Ulum (70,7%), lasannya karena alim/taat beragama (28,6%), pintar/cerdas (8,1%), dan bupati Tasik (7,7%), Sedagkan yang tidak suka (2,6%), dengan alasan karena kurang berpengalaman (22,3%), kurang mampu memimpin (22,2%), serta kurang merakyat (11,1%).

Publik yang suka pada Anton Charliyan (29,8%), alasannya karena (32,4%), berwibawa (18,9%), kinerjanya kurang bagus (14,3%), dan kurang berpengalaman (14,3%).

Publik yang suka pada TB Hasanuddin (36,5%), alsannya karena tegas (32,3%),  berwibawa (12,9%), dan merakyat (6,5%). Sedangkan yang tidak suka (18,8%), alasannya karena kurang merakyat (12,5%), kurang berpengalaman (6,3%), dan tidak suka orangnya (6,3%).

Publik yang suka pada Sudrajat (37,1%), alasannya karena tegas (63,7%), berwibawa (9,1%), dan disiplin (6,1%). Sedanhkan yang tidak suka (16,9%), alasannya karena kurang dikenal (26,6%), kurng merakyat (13,3%), dan kurang tegas (6,7%).

Publik yang suka pada Ahmad Syaikhu (45%), alasannya karena pintar/cerdas (22,4%), berwibawa (13,4%), dan ramah (13,4%). Sedangkan yang tidak suka (10%), alasannya karena kurang merakyat (26,7%), kurang dikenal (26,7%), dan kurang tegas (6,7%).

Tahap Awal  

Hasil survey ini pun mengangkat deru Pilkada Jabar 2018 tahap awal, telisiknya ke elektabilitas, popularitas. Hasilnya, masih menempatkan posisi urutan utama diraih M Ridwal Kamil, disusul Deddy Mizwar, TB Hasanuddin, dan Sudrajat.

“Posisi ini pun masih sementara. Waktu untuk terjadi perubahan, masih panjang,” kata Asep sambil merespon pertanyaan beberapa pewarta – Bila timbul tsunami politik bagaimana? “Oh, itu tentu sangat memungkinkan bisa berubah. Jabar ini unik sebagai barometer nasional, penuh kejutan dan kerap memunculkan anomali politik.” (HS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

shares