
photo credit: aliran air sungai pabrik dikawasan Cibaligo yang hitam/ dok. Akbar
EDUPUBLIK, Cimahi – Dari sekian persoalan klasik menahun diantaranya adalah pencemaran lingkungan dari industri yang masih membuang limbahnya dan diduga tanpa melalui proses pengolahan limbah dengan baik. Program Citarum Harum yang sudah dicanangkan sejak akhir tahun 2017 lalu oleh Pangdam Siliwangi kala itu, Doni Monardo, yang kini menjabat Sesjen Wantannas untuk mengembalikan kejayaan Sungai Citarum, masih menemui jalan berliku dan panjang
Jurnalis Peduli Citarum Harum (JPCH) berkesempatan meliput bersama dengan jajaran Sektor 21 Satgas Citarum Harum yang di komando oleh Kolonel Inf Yusep Sudrajat, wilayah Subsektor 21-13. Tim menelusuri limbah pabrik yang dianggap mengotori aliran Sungai Cibogo, di Jalan Mahar Martanegara, Cimahi, hari Senin (7/5/2018). Pantauan awak media di aliran sungai kawasan Jalan Industri Cibaligo dari pinggir jalan raya persis dibelakang salasatu posko ormas, tampak air sungai mengalir berwarna hitam pekat.
Laporan yang pernah disampaikan sebelumnya, berwarnanya air sungai ini diduga berasal dari limbah cair yang dibuang oleh PT Ayoetex dan PT Sinar Pangjaya Mulia. Aliran limbah ini pula yang diduga kuat mengakibatkan Praka Lyria Yandra menderita sakit gatal-gatal disekujur kedua kakinya saat melaksanakan pengecekan. Kemudian tim turun meniti aliran sungai dengan tepian yang bersemak-semak, dituntun oleh beberapa orang prajurit Maung Siliwangi.
Pertama yang ditemui diantara semak dan aliran air yang berwarna hitam itu adalah cerobong pembuangan limbah dari PT Sinar Pangjaya Mulia yang mengarah ke aliran sungai, namun saat itu tidak ada aliran limbah yang dikeluarkan, hanya tetesan-tetesan kecil. Tim terus berjalan, hingga menemukan titik dimana sumber air berwarna hitam itu mengkotaminasi air sungai, yang ternyata dari aliran keluar limbah dari PT Ayoetex. Tampak limbah tersebut keluar dan mengalir dengan cukup deras dari pembuangan berukuran lebar kurang lebih satu meter.
Ironisnya, warna air sungai sebelum melewati pembuangan tersebut tampak berwarna bening, lalu menjadi hitam dan berbusa disekitaran lubang pembuangan cairan limbah dari PT Ayoetex, warna ini yang kemudian bisa terlihat sampai di titik pinggir jalan sebelum tim bergerak. Setelah mengambil gambar untuk keperluan dokumentasi dan mengambil sampel, tim lalu bergeser ke kantor dua pabrik tersebut untuk tujuan konfirmasi.
PT Sinar Pangjaya Mulia Bantah Cemari Sungai Dengan Limbah Berbahaya
Tim JPCH berkunjung ke PT Sinar Pangjaya Mulia, sambil membawa beberapa ekor ikan mas yang masih hidup. Setelah beberapa saat menunggu di pos Satpam, akhirnya diterima oleh Yudi Gunawan, HRD dari PT Sinar Pangjaya Mulia di ruang kantornya. “Maintenance proses limbah kami selalu dipantau setiap jam-nya, seperti pH dan suhu, lalu outlet-nya kita pantau juga. Kita disini menggunakan sistem biologi,” terang Yudi yang mengaku bahwa perusahaan tersebut sudah berdiri sejak tahun 1986.

photo credit: Tim JPCH kunjungi PT Sinar Pangjaya Mulia / dok. Akbar
Disebutkan oleh Yudi, bahwa sistem tersebut tidak menghilangkan warna (limbah), tetapi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah tercapai, antara lain COD dan BOD, pH-nya 7, ucapnya kepada awak media peliput.
“Perusahaan kami memproduksi kain spandex, dari proses perajutan, pencelupan hingga menjadi kain,” imbuhnya.
Menariknya, dijelaskan oleh Yudi bahwa air limbah dari proses IPAL perusahaannya aman saat dipakai cuci muka oleh orang dan digunakan juga untuk menyiram tanaman.
Pada kesempatan tersebut, untuk mengecek kualitas air limbahnya, dengan seijin pihak perusahaan, tim melepaskan ikan mas ke lubang outlet IPAL, kemudian mengambil air limbah berwarna cenderung ungu tersebut sebanyak seperempat ember lalu dilepaskan kembali seekor ikan mas disitu. Menunggu lebih dari 15 menit, ikan yang dimasukan ke air limbah tersebut tidak mati, dan tetap berenang normal. “hari ini pabrik sedang libur, jadi IPAL ini sedang tidak beroperasi, jika datangnya besok, silahkan bapak dan ibu bisa cek kembali kesini untuk melihat prosesnya,” kata Yudi.
“Untuk warna tidak ada ketentuan dari pemerintah, bahwa air yang dikeluarkan harus jernih,” kilah Yudi saat berada di lokasi IPAL PT Sinar Pangjaya Mulia.
Ditambahkan oleh Yudi, ” Ada baiknya pemerintah mengeluarkan aturan yang jelas, bahwa air yang dikeluarkan harus jernih. Saya kira pabrik-pabrik juga akan mengikuti. Prinsipnya kami mendukung program Citarum Harum,” pungkas Yudi.
Seusai berkunjung ke PT Sinar Pangjaya Mulia, tim bergeser ke PT Ayoetex. Namun di pabrik tersebut tim tidak bisa bertemu dengan pejabat berwenang, hanya ditemui oleh Bapak Yakob yang mengaku sebagai staf HRD. “Kami saat ini belum bisa mengakomodir informasi yang diperlukan, karena pimpinan perusahaan termasuk operator IPAL sedang memenuhi panggilan dari Polda Jabar,” ujar Yakob. [St/SA/Tim]