EDUPUBLIK, Cimahi – Untuk kesekian-kalinya Kolonel Inf Yusep Sudrajat, Komandan Satgas Citarum Harum Sektor 21 kembali menutup pembuangan limbah empat pabrik pencemar ke Sungai Citarum. Lokasi keempat pabrik itu di Jl Joyodikromo dan Jl Leuwigajah, Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Pabrik besar ini PT Mewah Niaga Jaya, PT Matahari Sentosa Jaya 1 dan 2, serta PT Ayoetex.
Lagi – lagi tindakan fenomenal yang dikomandoi Yusep Sudrajat untuk menjaga ekosistem lingkungan aliran sungai yang bermuara ke Citarum, menyertakan satu unit truk molen ready mix. Ini ditujukan untuk menutup lubang pembuangan limbah keempat pabrik tersebut dengan cara dicor, Selasa (5/6/2018).
”Biar kapok dan pegangan saya Perpres No 15 Tahun 2018, secepatnya memulihkan kondisi Sungai Citarum agar kembali pulih sebagai sungai yang menghidupi sekitar 27 juta jiwa di bantaranya. Saya sudah berkali-kali dengan persuasif memperingatinya.”
Pengecoran lubang pembuangan limbah pabrik, pertama ditujukan hari itu ke PT Mewah Niaga Jaya. Pabrik ini sebelumnya pernah mengalami penutupan aliran limbah pada tanggal 19 Mei 2018 lalu. Kala itu pemilik pabrik berjanji akan membenahi kualitas limbahnya dalam jangka waktu tiga hari. Faktanya, kualitas limbahnya saat akan dicor hari ini masih tampak berwarna.
Lucunya, Anto, dari bagian personalia PT Mewah Niaga Jaya masih sempat bersandiwara di hadapan jajaran Sektor 21: “Kualitas limbah kami sebenarnya kini sudah jernih, namun saya juga tidak mengerti kenapa hari ini agak berwarna?” ujar Anto dengan wajah datar yang diimbuhi senyum dari jajaran Sektor 21.
Tak urung Dansektor 21 sempat menimpali dengan nada sedikit menantang:“Jika sudah merasa bersih limbahnya, saya tidak akan cor, asal sekarang ada yang berani menggunakan air limbah ini untuk membersihkan bagian badannya.”
Tantangan Dansektor 21 ini menjadikan para operator pabrik ini mati kutu, hanya terlontar kata-kata untuk mengulur-ulur waktu:“Saya akan laporkan kepada pimpinan dulu,” kata Anto sambil celingukan.
Menutup “dialog lucu-lucu gemes” demikian istilah dari para pewarta JPC (Jurnalis Peduli Citarum), tak hilang akal Yusep yang hampir setiap hari melakukan penindakan ke sejumlah pabrik nakal di wilayahnya, yang terbentang mulai dari Kota Cimahi, Rancaekek Kabupaten Sumedang, hingga Ciwidey di Kabupaten Bandung, sejak Desember 2017:“Jika memang air limbahnya sudah bagus, mungkin akan lebih baik digunakan kembali (daur ulang) daripada dibuang ke sungai.”
Usai menutup aliran limbah PT Mewah Niaga Jaya, aksi berlanjut ke PT Matahari Sentosa Jaya 1. Di pabrik ini, kembali jajaran Sektor 21 menemukan dua titik lubang yang diduga diguakan sebagai pembuangan limbah. Satu titik disamarkan untuk pembuangan limbah, sekaligus dibuang bersama air hujan.
“Jika lubang ini ditutup, aliran dari air hujan akan dibuang kemana?” kata Agus, Manajer Produksi PT Matahari 1, layaknya ia mengeluh dihadapan awak media.
Kilah Agus, pihaknya saat ini sedang menambah fasilitas IPAL-nya. “Kami sedang membenahi fasilitas IPAL tambahan.” Namun saat awak media melakukan pengecekan, IPAL tambahan ini tampak sudah pernah digunakan dan dikuras, dan dibenarkan oleh sejumlah pekerja di situ.
Usai mengecor lubang aliran limbah pabrik PT Matahari Sentosa Jaya 1, Dansektor dan jajaran berpindah ke PT Matahari Sentosa Jaya 2. Ada yang mengejutkan di sini, air limbah tampak melimpas dan menggenangi bagian belakang pabrik. Kondisi air limbahpun yang dibuang dari IPAL tampak berwarna hitam serta berbusa.
Menurut Kikin, penanggung jawab limbah PT Matahari Sentosa Jaya 2, berkilah limbah air itu bukan dari perusahaannya. Dengan enteng ia menuding, itu berasal dari perusahaan lain, jelasnya.
“ PT Mewah sudah ditutup, PT Matahari 1 sudah ditutup, punya bapak yang terlihat paling parah ini air limbahnya,” kata Yusep kepada Kikin dengan nada kalem. “Waktu lalu bapak menyalahkan Mewah, sekarang bapak mau beralasan apa? Siapa lagi yang mau disalahkan?” desak Yusep yang menjadikan Kikin tersudut dan “mati gaya”.
“Sekarang aliran limbah ini saya tutup, silahkan perbaiki IPAL-nya sampai bener,” pungkas Yusep dengan tegas.
Kepada awak media, Kikin menjelaskan bahwa pihaknya akan segera memperbaiki IPAL-nya. “Ya, kami sekarang akan berupaya memperbaikinya. Termasuk juga perusahaan yang lain.Saya harap harus diperbaiki,. sama-sama bekerjasama,” ujarnya masih dengan nada melemas.
Uniknya, Dansektor 21 Satgas Citarum Harum selain memimpin kegiatan, ia terjun langsung mengecor aliran limbah pabrik yang kerap mengotori aliran anak Sungai Citarum. Layaknya, seperti sudah habis batas kesabarannya. “Yang ada dibenak dan hati saya, sudah tahunan mereka mencemari Citarum. Hati kecil saya pun berontak, namun apa daya? Ini dilakukan demi kembalinya Sungai Citarum bersih, itu saja.”
Episode terakhir dari langkah Dansektor 21 hari itu berlangsung pengecoran hal yang sama di pabrik PT Ayoetex. Proses ini berlangsung hingga pukul 15.00 WIB. “Cukup melelahkan hari ini, tetapi kami puas,” kata salah satu prajurit Siliwangi yang hari itu cukup direpotkan mengatur mobil pengecor – truk molen ready mix.
Turut hadir ada penutupan saluran limbah pabrik ini, pihak Pemkot Cimahi diwakili oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa (Kesbang) Kota Cimahi Totong Solehudin, Camat Cimahi Selatan Hestiantina, Danramil 0922 Mayor Caj (K) Rina Martiani, serta unsure masyarakat dari LSM PMPRI (Pemuda Mandiri Pedui Rakryat Indonesia).
Menurut Hestiantina, Camat Cimahi Selatan, menyoal “gerakan ngecor”:“Kegiatan ini untuk mengingatkan kepada pengusaha-pengusaha khususnya yang ada di Cimahi Selatan agar selalu patuh dan taat terhadap aturan, baik itu aturan dari pemerintah kota maupun pemerintah pusat. Mereka sudah diingatkan dan disosialisasi baik ditingkat kota ataupun kementerian, tetapi hari ini sepertinya tidak diindahkan. Saya sangat menyayangkan resiko yang mereka terima. Tetapi, mereka harus memahaminya.”
Tampak hari itu Camat ini, cukup repot menjangkau tempat pembuangan limbah pabrik. Namun, diwajahnya ia tampak puas mengikuti aksi fenomenal Dansektor 21. Kepada awak media ia jelaskan dukungan sepenuhnya atas program revitalisasi Sungai Citarum.
Apa Kata Gerakan Hejo
Secara terpisah, redaksi mengontak Ketua Umum Gerakan Hejo Eka Santosa, menurutnya upaya pengecoran yang dilakukan Dansektor 21 kali ini dalam satu hari empat pabrik dicor:”Ini diapresiasi, saya pahami di lapangan pabrik yang bandel ini memang perlu diberi peringatan keras. Setahu saya, dulu di Karawang dan Purwakarta sudah pernah dilakukan. Sayangnya, hal itu tak tentu rimbanya.”
Lebih lanjut menurut Eka yang pada tahun 2017 telah mencanangkan Jabar Darurat Lingkungan, muara dari penindakan ini para penegak hukum harus turun tangan tanpa pandang bulu. “Sudah bukan jamannya lagi main backing-backin g-an. Tindakan hukumlah yang harus bicara di lapangan. Turunnya prajurit Kodam III/Siliwangi semoga Perpres No 15 Tahun 2018 bisa berjalan dengan baik.” (SA/HS/ST)