EDUPUBLIK, Kab Bandung – Giat mengunjungi Subsektor di Sektor 21 oleh para jurnalis telah dilaksanakan pada hari Sabtu (18/07/2020) dari pukul 10.00 hingga 15.00 wib. dengan mengunjungi Subsektor 17 Pangalengan. Giat kunjungan tersebut untuk melihat perkembangan serta mengetahui permasalahan yang ada.
“Setelah kita telusuri, sebenarnya aliran sungai yang melewati area MT KPBS Pangalengan dialiri berbagai limbah yaitu buangan limbah pasar, dan sampah lokal sementara limbah susu MT KPBS Pangalengan sudah diolah sesuai standar baku mutu. Dan bau menyengat di sungai bukan berasal dari limbah susu,” kata Sertu Ajang saat memberikan keterangan kepada awak media.
Dalam kesempatan tersebut para jurnalis mengunjungi salahsatu koperasi susu terbesar di Jawa Barat yaitu KPBS yang beberapa waktu lalu terkena sanksi penutupan lubang pembuangan limbah oleh DLH kabupaten Bandung. Para jurnalis diterima langsung oleh dua orang pengurus KPBS dan berbincang-bincang serta melihat sendiri kondisi yang ada di MT KPBS.
Salahseorang pengurus yaitu Dudu mengungkapkan bahwa sebenarnya sudah lama MT KPBS mengolah limbah susu. “Yang mengalir ke drainase terus masuk ke aliran sungai adalah sisa pencucian tanki susu, bukan limbah susu,” ungkapnya. “Dan sebelum viral mengenai kondisi sungai berbau yang disebutkan berasal dari limbah MT KPBS, pihak DLH kabupaten Bandung sudah datang dan memberikan masukan agar sebaiknya aliran limbah atau drainase MT KPBS dibuat terpisah dan entah kenapa tiba-tiba viral di medsos bahwa warga mengeluhkan limbah pengolahan susu di MT KPBS ini yang mengakibatkan saluran buangan drainase ditutup oleh DLH,” lanjutnya lagi.
Para jurnalis diajak melihat sendiri kondisi pengelolaan IPAL dari MT KPBS dan ternyata di pembuangan akhir ada ikan mas hidup dan kondisi airnya bersih. “Kami sudah melakukan ini sejak lama,” ungkap Dudu.
Saat melihat sendiri kondisi sungai yang ada dibelakang MT KPBS, kondisi sungai sudan agak mengering dengan tumpukan sampah dari pasar dan warga menumpuk hingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Salahseorang warga yang dimintai keterangan yaitu Dasep juga mengungkapkan bahwa jika kondisi sungai mengalir dengan debit besar kondisi tersebut tidak akan terjadi. “Jika debit air sungai besar semua sampah pasti terbawa. Namun karena kering sampah akhirnya bertumpuk hingga menimbulkan bau menyengat,” ungkapnya.
Dasep juga menyebutkan bahwa mungkin tidak hanya karena buangan cucian tanki susu, tapi juga karena sampah warga serta pasar yang membuat kondisi sungai menjadi bau seperti sekarang. “Apalagi saat kondisi kering dengan tumpukan sampah seperti ini,” sebutnya.
Sementara itu satgas Citarum Harum yang menemani para jurnalis yaitu Sertu Ajang mengatakan mungkin harus dilakukan korve dengan warga agar kondisi sungai tersebut menjadi lebih baik. “Mungkin dengan melakukan korve bersama warga bisa mengurangi kondisi sungai yang saat ini tengah kering hingga menimbulkan bau menyengat,” pungkasnya. [red/bn]