EDUPUBLIK, Bandung – Dalam rangka Sawala Pustaka (Bedah Buku) dengan tema “Ngindung Ka Waktu Ngaula Ka Jaman” dalam sistem penanggalan tradisional kalender Sunda yang di selenggarakan di Room Palace Grand Savoy Homann Bidakara Jl. Asia Afrika No. 112 Kota Bandung, Sabtu, (12/12/2020)
Mengingatkan tentang waktu pada Sistem Penanggalan Kalender Sunda, maka kiranya perlu dibuatkan sebuah buku sebagai pustaka, yaitu untuk dapat dijadikan referensi yang disebut sebagai “Ngindung Ka Waktu Ngaula Ka Jaman”.
Pada acara tersebut Mardiansyah Nugraha dosen dan penulis buku “Ngindung Ka Waktu Ngaula Ka Jaman” menyampaikan, “Hari ini merupakan bagian dari proses panjang penelitian saya mengenai kalender caka Sunda yang sudah difasilitasi oleh dirjen kebudayaan program fasilitasi bidang kebudayaan tahap 2 tahun 2020 dan hari ini kita akan melaksanakan giat kalau bahasa Sundanya yaitu Sawala pustaka atau bedah buku yang intinya kita akan memaparkan bab per bab dari isi buku itu yang mengenai kalender caka Sunda termasuk di dalamnya adalah proses sejarah kalender caka Sunda itu sendiri”,ujarnya.
Diseminasi atau nyebarkeun dan Paparan dalam rangka mendapat penjelasan yang akurat berkaitan dengan penggunaan dan pemanfaatan Sistem Penanggalan Kalender Sunda dalam kehidupan sehari-hari akan lebih terintegrasi dengan adanya buku “Ngindung Ka Waktu Ngaula Ka Jaman” yang juga akan dapat berfungsi menjadi Paraketan (Merekatkan setiap insan manusia yang mau memahami Sistem Penanggalan Kalender Sunda).
Pada kesempatannya Rena Febriyani yang mewakili Kementerian pendidikan dan kebudayaan, Direktorat jenderal kebudayaan mengatakan, ” Terkait kegiatan ini sendiri merupakan rangkaian dari program Ditjen kebudayaan yaitu fasilitas di bidang kebudayaan di mana ini merupakan amanat undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, jadi untuk mewujudkan amanat undang-undang itu kami ditjen kebudayaan membuat suatu program namanya fasilitas bidang kebudayaan untuk memfasilitasi baik itu seniman, sekolah, ataupun pegiat budaya dan komunitas bagi daerah atau pun di mana pun untuk tetap berkarya dan mewujudkan suatu kebudayaan yang mengembangkan budaya itu sendiri agar tidak tenggelam di tengah-tengah modernisasi yang ada seperti itu”.
Lanjut Rena, “jadi banyak sekali yang kami fasilitasi salah satunya itu ya mengenai pengetahuan tradisional yang di diskusikan dalam kegiatan hari ini mengenai penanggalan kalender Sunda tidak hanya terbatas itu saja, kami juga memfasilitasi sekolah dan komunitas untuk pengadaan fasilitas dalam kesenian dan alat-alat tradisional musik maupun tarian-tarian yang ada di daerah-daerah”,katanya.[red]