EDUPUBLIK, Bandung – Menyikapi tingginya angka kekerasan dalam berbagai bentuk di kota Bandung membuat Indri Hafsari selaku lulusan Emerging Leaders Academy sebagai pusat pelatihan kepemimpinan pada generasi muda merasa perlu suatu gerakan kolaboratif dalam rangka merespon masalah ini.
#StandWithHer adalah program inisiatif gerakan kolaboratif semua unsur pemangku kepentingan (stakehoder) dalam rangka merespon disahkannya UU TPKS dan Kasus kekerasan berbasis gender yang terus mengalami peningkatan secara signifikan di kota Bandung. Khususnya selama pandemi Covid-19 yang menjadikan kota Bandung mendapat predikat sebagai kota darurat kekerasan khususnya kekerasan seksual.
Melalui Gerakan kolaboratif #StandWithHer program yang diinisiasi Indri Hafsari yang juga koordinator wilayah Jawa Barat Komite Solidaritas Pelindung Perempuan dan Anak (KSPPA) ini berharap dapat memberikan kontribusi untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dan dampak jangka panjang dari kekerasan.
Program ini didasari atas kesadaran belum adanya kesamaan persepsi tentang gender baik di masyarakat maupun penegak hukum, masih rendahnya kesadaran akan dampak serius dan jangka panjang kekerasan dalam berbagai aspek, literasi masyarakat yang masih rendah, stigmatisasi negatif terhadap korban, minimnya support dan wawasan penanganan terhadap korban, penanganan atas hak dan keadilan bagi korban jelas Indri.
Kembali Indri menegaskan tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran sosial tentang bahaya dan konsekwensi dari kekerasan berbasis gender, mendorong korban kekerasan agar berani bersuara dan menuntut terpenuhi keadilan akan haknya sebagai korban, mengubah persepsi masyarakat tentang korban kekerasan (yang selama ini selalu di stigma negatif), mendorong pergerakan bersama dan support sistem pendukung di masyarakat untuk mencegah kekerasan berbasis gender, serta memberikan wawasan & perspektif tentang kesetaraan gender dan pentingnya support sistem untuk perempuan mengaktualisasikan diri.
Program yang dimulai sejak Februari ini dilaksanakan marathon sosialisasi langsung ke masyarakat. Program saat ini telah berjalan di 6 titik diantaranya di Kacamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Bandung.
Melibatkan aktivis dan ekspertis dari lembaga swadaya masyarakat yang lain seperti Women Crisis Centre Pasundan Durebang, Yayasan Aretha Utama, Yayasan Indocompetan, Yayasan Sapa Institute dan lainnya.
Indri berharap kolaborasi ini dapat berkontribusi dalam membangun kesepahaman di masyarakat. Kesadaran dan perspektif masyarakat menjadi kunci bagi pengurangan angka kekerasan di Kota Bandung.
Kota Bandung yang terkonfirmasi sebagai kota dengan angka kasus kekerasan tertinggi di Jawa Barat perlu langkah aktif dari berbagai elemen pemangku kepentingan untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah bersama tersebut. Untuk itu Stand with Her initiative ini dilakukan dengan harapan agar ke depannya korta Bandung menjadi lebih ramah bagi masyarakat jauh dari kekerasan khususnya bagi perempuan dan anak sebagai bagian yang paling rentan mengalami kekerasan.
Antusiasme elemen masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan kota Bandung ini terlihat dari banyaknya permintaan untuk kegiatan serupa juga dilakukan di wilayah-wilayah mereka yang belum dilaksanakan. Selama ini masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahwa kekerasan punya dampak jangka panjang bagi korban baik fisik, psikis, kesehatan, ekonomi, potensi hidup dan lain-lain, bahkan ini juga punya dampak serius bagi fundamen pembangunan daerah.
Akibat kekerasan yang diterima, sangat dimungkinkan korban mengalami gangguan psikologis yang dapat berupa gangguan emosional, gangguan perilaku maupun gangguan kognisi. Gangguan psikis dan kognisi berpengaruh negatif pada kualitas Sumber Daya Manusia, semakin baik kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah maka akan semakin baik pembangunan daerah dan begitupun sebaliknya.
Selain kegiatan sosialisasi ke masyarakat, untuk meningkatkan jangkauan kesadaran masyarakat juga dilakukan sosialisasi gerakan ini dengan talkshow radio, pemilihan duta Anti kekerasan berbasis gender dari kalangan generasi muda yang dipilih dari aktivis yang sudah berkontribusi dan fokus di isu ini, dengan tujuan untuk menginspirasi generasi muda untuk mulai peduli pada kekerasan berbasis gender. Ini juga sebagai bentuk apresiasi pada generasi muda yang sudah berbuat sesuatu untuk memperjuangkan keadilan bagi korban kekerasan.
StandWitHer initiative juga melakukan kampanye melalui social media ig : @standwither.id dan menyediakan hotline melalui website www.standwithher.id layanan pelaporan korban kekerasan untuk dihubungkan kepada Lembaga-lembaga jasa layanan dan bantuan pendampingan hukum.
Kembali Indri mengingatkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengurangi angka kekerasan berbasis gender yang pertama yang dibutuhkan adalah menjadi pengamat aktif di lingkungan masyarakat, percaya dan mau mendengarkan keluhan korban dan segera membantu korban untuk mendapatkan bantuan baik pemulihan psikologis maupun keadilan hukum dan akhiri rape culture, pemakluman atas kekerasan terhadap perempuan seperti perkosaan harus dihentikan. perempuan punya hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan dan rasa aman dilingkungan sosialnya serta mendorong adanya jasa layanan yang mudah dijangkau.[rl]