
photo credit: Eka Santosa Gerakan Hejo & Nazly Kapolres Bandung / dok. Harri
EDUPUBLIK, Kabupaten Bandung – Kawasan Eko Wisata dan Budaya Alam Santosa di Pasir Impun, Cimenyan Kabupaten Bandung, pada Kamis siang (2/11/2017) bersuasana lain. Gerangannya, di Alam Santosa sebagai ‘markas’ Gerakan Hejo yang diketuai Eka Santosa menerima kunjungan Kapolres Bandung, AKBP M Nazly Harahap, SIK beserta rombongan.
“Kami berdiskusi, utamanya soal keperihatinan terkait kerapnya bencana alam dan rusaknya daya dukung lingkungan di Kabupaten Bandung,” papar Eka selepas kunjungan ini – “Ini pun dapat dianggap sebagai tambahan amunisi untuk memerangi perusak lingkungan yang baru saja kami canangkan.”
Terpantau dalam rombongan ini Kapolsek Cimenyan, Kompol Warga Sumpena, dan Lurah Desa Cikadut, Listati.”Selain aman dan kondusif, harapan saya kondisi lingkungan di Cimenyan harus makin baik,” papar Warga Sumpena yang diamini Deni “Ozenk” Tudirahayu selaku salah satu pengurus Gerakan Hejo.
M Nazly usai beramah-tamah dengan Eka Santosa dan pengurus Gerakan Hejo, yang diselingi tukar-menukar cindera mata – peci dan selendang dari M Nazly serta sejumlah bibit pohon keras dari Gerakan Hejo, mengungkapkan:”Banyaknya daerah rawan longsor dan lahan kritis di Kabupaten Bandung, termasuk di Cimenyan harus disikapi dengan langkah nyata dan serius. Upaya Gerakan Hejo selama ini patutlah diapresiasi.”
Penanganan Terpadu
Menurut Sekertaris Umum Gerakan Hejo Agus Warsito, yang ditemani rekannya TB Santika, dari Gerakan Hejo Kabupaten Garut sebagai salah satu pemasok bibit pohon keras yang bekerjasama dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citanduy Cimanuk, kehadiran Kapolres Bandung, merupakan angin segar. “Tadi dalam diskusi, tercetus pihak yang menangani aspek lingkungan perlu terpadu. Alih fungsi lahan janganlah semena-mena.”
Disebutkan pula dalam diskusi ini, ada beberapa daerah rawan lingkungan:”Situ Cileunca, jadi area pembuangan kotoran sapi. Dulu sapinya tak banyak, kini 4000 ekor. Juga Kecamatan Rancabali yang baru saja terjadi bencana longsor, dengan korban jiwa sekeluarga. Juga kerusakan parah di hulu sungai Citarum,” lagi menurut Agus.
Sesaat sebelum melanjutkan kunjungannya ke sejumlah pesantren dan tokoh masyarakat lain di wilayahnya, M Nazly ditanya, bagaimana dengan kasus lingkungan “Kahatex” di Rancaekek yang bertahun-tahun tak kunjung usai? “Tak mudah memang menangani soal ini daerah ini. Tahapannya, ada di tingkat provinsi. Prihatin dengan kasus ini. Harapannya, dalam waktu dekat ada solusinya. Karena itu kesadaran terhadap lingkungan, perlu ditingkatkan” [red]