EDUPUBLIK JABAR Mencerdaskan Bangsa
EDUPUBLIK, Indramayu – Kita sudah sama-sama tahu, tape ketan dikenal sebagai makanan tradisional. Di Indonesia, terbentang dari Sabang sampai Merauke, ada ratusan jenisnya. Inilah sebuah karya kuliner hasil kearifan lokal dari nenek moyang kita. Khasiat dan kenikmatan mencicipnya – tak habis-habis menuai pujian, tak lekang oleh zaman!
Adalah Ibu Saenah (42) pembuat tape ketan asal Indramayu, mengatakan produksi tape ketannya dia gelut sejak 10 tahun yang lalu (22/2/2019). Menurutnya, pembuatan ini berawal dari upaya coba-coba. Namun, akhirnya tape ketan produksinya banyak dipesan para penjual pasar.
“Katanya sih tape ketan buatan saya sih, ada khasnya. Entahlah, apa yang mereka maksud. Yang jelas, pesanan terus saja mengalir, ” papar Ibu Saenah dengan ramah.
“Sekarang hampir tiap hari memproduksi tape ketan. Terkecuali, ketika bahan baku ketannya nggak ada, paling tidak bisa produksi, ” tambah Ibu Saenah yang menurut info rata-rata per hari mengolah 50 hingga 100 kilo beras ketan, dengan melibatkan puluhan pekerja.
Sementara itu Kaisah Firzan (28) ditemui di rumah Ibu Saenah Indramayu, ia penikmat tape ketan karena hampir setiap hari datang ke rumah ibu Saenah untuk membeli tape ketan. Katanya, kuliner ini disantap bersama-sama dengan keluarganya, terkadang sambil menonton TV – “Sudah tradisi,” ujarnya dengan sumringah.
Sepenggal, kisah tape ketan racikan khas Ibu Saenah dan penggemar fanatiknya, bolehlah ini menjadi inspirasi kita. Maknanya, sejauh-jauhnya kita mencicip kuliner ‘asing’ dimana pun itu – mohon dicamkan, sesekali atau lebih kerap cintailah produk panganan hasil olahan nenek moyang kita. Salah satunya, kuliner aseli tape ketan berbungkus daun pisang atau jambu air. Konon, ada seribu khasiat lainnya yang dibuat dengan menggunakan ragi dan proses fermentasi alami. Mau tahu khasiat lainnya? Tanyalah ke generasi senior kita. [Iwan]
