
photo credit: Pelantikan ULD Kota Bandung / dok. Harri
EDUPUBLIK, Bandung – Suasana Convention Hall Puri Cipaganti di Jl. Cipaganti kota Bandung pada Rabu, 4 April 2018, ada yang tak biasa. Tengoklah di lantai dua gedung ini, ada ratusan kaum ibu paruh baya bersiap-siap memperagakan sesuatu. Ternyata, hari itu Gina Sadeli (59) yang katanya sudah bercucu 5 dari 4 putra-putrinya, ia dan rekannya menggelar helatan khusus. Ia dilantik sebagai Ketua The Universal Line Dance (ULD) Cabang Kota Bandung. Sesudahnya, ada demo line dance, apa itu?
Sejak tahun 2000-an, line dancIe atawa dalam bahasa Indonesia bisa disebut dansa berderet. Ini seperti tari Poco-poco dan Sajojo. Secara medis dan ditinjau dari unsur leisure, ini masuk kategori olahraga ringan namun menyenangkan lahir bathin. Para konsultan kesehatan dan psikolog, sering menganjurkan ikut pada kegiatan dansa berderet.
“Biar Hepi dan tidak pikun. Gerakan pada setiap lagu berirama Cha Cha Cha, Bosanova, Jazz, Rock, hingga Soul, R & B, serta lainnya, punya format tersendiri. Jadi, daya ingat pun selalu terasah,” papar Gina Sadeli yang tampak selalu sumringah didampingi suaminya Mugi Sujana yang juga sebagai Pembina ULD Cabang Kota Bandung.
Terdaftar menurut catatan Gina Sadeli, anggota ULD diluar 30 orang pengurus:”Sekitar 200 lebih yang aktif. Bagi yang berminat gabung, datang dan daftar saja di tempat kami berkegiatan.”
Uraian D Mulyati Abun yang mengaku sebagai Pembina ULD Cabang Kota Bandung, yang tampak bangga punya 10 incu(cucu):”Dulu saya suka olah raga aerobic, dan tenis, sekarang renang, diseling dengan line dance atau dansa berderet. Alhamdulillah, tak terkena penyakit terutama tak pikun atau ku’uleun (tak responsive). Pegel-pegel juga tak ada,” ujarnya dengan nada riang nan gembira sambil menambahkan –“Lomba-lomba ULD tingkat daerah, nasional, bahkan ke luar negeri pun seperti ke Hongkong dan Jepang, pernah dari Bandung ada yang mewakili secara perorangan.”
Bonusnya bagi sesiapa yang hadir hari itu di Puri Cipaganti, pelantikan yang dihadiri pengurus ULD tingkat pusat, tingkat Jawa Barat, dan kota-kota lainnya di Jabar, pada akhir sesi diisi kegiatan demo line dance dari berbagai komunitas yang ada di Bandung. Momen, inilah yang ditunggu mayoritas para ibu tadi.
“Tak sabar saya ingin tampil,” spontan terlontar dari seorang ibu paruh baya di sebelah tempat duduk di barisan belakang.
Isilah Program …
Saat Momen yang ditunggu itu tiba. Berbagai komunitas ULD yang biasa berkegiatan di sudut-sudut kota Bandung, seperti di Bumi Sangkuriang, Braga City Walk, Bumi Samami, serta di Car Free Day, sempat unjuk kabisa di Puri Cipaganti. Spontan, tempik sorak dan tepuk tangan silih berganti meramaikan ‘ball room’ Puri Cipaganti. Tampaknya, mereka mengapresiasi ke setiap grup penampil.
“Nah, ini bagusnya line dance itu sangat terbuka. Dansanya tak bersentuhan seperti dansa biasanya. Busana pun formal, tak ada etika yang dilanggar,” urai pasangan yang tampak selalu ceria dan setia, tak lain Adang Suhara (72), dan Ny. Sriyani Purwati (67).
Titik puncak acara yang menarik lainnya, Pembina ULD Cabang Kota Bandung Mugi Sujana yang tak lain tokoh Ketua Ormas BBC, memberikan kata sambutan. Ia paparkan dengan roman kalem dan berwibawa, katanya ada penyakit esensial yang selalu melanda sebuah organisasi.
”Bila kepengurusan sudah terbentuk, jangalah ‘tukcing’. Maksudnya, setelah terbentuk lalu cicing alias diam. Idealnya, bila terbentuk segera membuat program jangka menengah atau panjang. Lanjutnya, kita praktikkan bersama-sama, mengisinya.” [HS]