EDUPUBLIK, Bandung – Ada yang tak lazim dalam perayaan May Day atau Hari Buruh Internasional yang dirayakan setiap tanggal 1 Mei. “Hari ini mari kita hepi dan enjoy saja sekeluarga. Kemarin baru saja menggelar aksi sosial donor darah dan sosial. Sekarang mari kita berlibur dan lupakan sejenak rutinitas kerja di pabrik,” sambut Ajat Sudrajat Ketua SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) Jawa Barat 1992, di Gedung Padepokan Seni Mayang Sunda, Jl. Peta No.209 Bandung (1/5/2018).
Sepintas bila dicermati gaya peringatan May Day yang tak lazim ini, rupanya selaras dengan yang dilakukan Ketua Umum SBSI 1992 Sunarti di Gedung Dewan Pers Jakarta. Pada pada waktu yang bersamaan, SBSI 1992 Pusat, menggelar diskusi atau rekreasi. Kata banyak pengamat, ini seperti melawan arus?
“Bukan tidak peduli perjuangan dan perkembangan, tetapi kami hanya ingin ambil perbedaan,” tandas Sunarti menjawab kepenasaran para pengamat sosial dan perburuhan.
Hepi & Layangkan Tuntutan
Kembali ke Gedung Padepokan Seni Mayang Sunda, Ajat Sudrajat, khusus tahun ini yang juga sebagai HUT ke-26 organisasinya, segala perayaannya berbasis pada tema “Buruh Ditengah-tengah Himpitan Persaingan Global – Dewasa dalam Bersikap Cermin kemandirian Berorganisasi”.
“26 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Alhamdulillah selama ini konsistensi kami dan komitmen menyuarakan hak-hak buruh, termasuk memperjuangkan hari buruh ini sebagai hari libur nasional, ” papar Ajat Sudrajat yang disambut pekikan apresiasi dari ratusan anggotanya yang datang dari pelosok Jawa Barat.
Disadari dalam isi sambutannya, pilihan menggelar kegiatan sosial dan budaya, dianggap sebagai jalan terbaik. “Hari ini hari libur nasional, buruh lebih baik menghabiskan waktu bersama keluarga. Mari kita hepi-hepi dan enjoy, tidak perlu berdemo, berpanas-panasan, apalagi bikin rusuh, ” ujarnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo, Danden Intel Kodam III/Siliwangi Letkol Arh. Teguh Waluyo, Sekum SBSI 1992 Asep Jamaluddin, dan Ketua SBSI’92 Kota Bandung, Hermawan.
Disela-sela acara budaya dan door prize yang banyak ditunggu ratusan keluarga buruh, SBSI 1992 masih mengungkapkan tuntutan demi perbaikan nasibnya. Terangkum tuntutan ini, ada enam butir.
1. Cabut system hubungan kerja kontrak atau out sourcing. 2 Cabut Perpres No. 20 Tahun 2018 Tentang Tenaga Kerja Asing. 3 Stop Union Busting (Pemberangusan Serikat). 4. Mendukung untuk segera menyeret seluruh pelaku korupsi, dan 5. Wujudkan pendidikan dan kesehatan gratis untuk rakyat.
Secara random, redaksi sempat bertanya kepada Dadang (34) kepala keluga yang datang bersama isterinya Nining (29), yang disertai sepasang putra-putrinya usia SD. Pilihan atas pasangan keluarga buruh ini, anggaplah sebagai representasi dari mayoritas peserta perayaan May Day 2018 di Bandung.
“Lima tuntutan itu masuk akal. Harapannya pihak yang berwenang di atas, mewujudkannya dalam waktu cepat. Kami dukung itu,” kata Dadang yang sudah bertahun-tahun menjadi buruh out sourching di sebuah pabrik tekstil di Cimahi Selatan. [HS]